Pemeliharaan Sistem Pemantauan Air Limbah Otomatis (SPARING)

Latar Belakang

Sistem Pemantauan Air Limbah Otomatis atau SPARING (Sistem Pemantauan Air Limbah secara Online dan Real-time) merupakan salah satu instrumen penting dalam pemantauan kualitas lingkungan, khususnya di sektor pertambangan. Sistem ini memungkinkan pengawasan parameter kualitas air secara kontinu dan langsung terhubung dengan server Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Namun, agar sistem dapat berfungsi optimal, kegiatan maintenance (pemeliharaan) menjadi hal yang sangat krusial. Artikel ini membahas pentingnya kegiatan maintenance SPARING, jenis-jenis perawatan yang dilakukan, serta dampaknya terhadap keandalan data pemantauan kualitas air tambang.

 

Pendahuluan

Ilustrasi Limbah Pertambangan

Dalam kegiatan pertambangan, air limbah yang dihasilkan dari proses operasional harus dikelola agar tidak mencemari lingkungan. Pemerintah melalui KLHK mewajibkan setiap perusahaan tambang untuk memasang SPARING sebagai alat pemantau kualitas air limbah secara otomatis. Sistem ini umumnya memantau parameter seperti pH, TSS (Total Suspended Solid), debit, dan suhu air, serta mengirimkan data ke server nasional setiap 10–30 menit. Namun, keakuratan data yang dikirim sangat bergantung pada kondisi peralatan dan sensor yang digunakan. Seiring waktu, sensor dapat mengalami drift (penyimpangan hasil pembacaan) akibat faktor lingkungan, kotoran, maupun usia komponen. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan maintenance rutin untuk menjaga performa sistem agar tetap sesuai standar baku mutu.

 

Metodologi Maintenance SPARING

Kegiatan maintenance SPARING dilaksanakan secara preventif dan korektif.
1. Preventive Maintenance dilakukan secara berkala untuk mencegah kerusakan dan memastikan seluruh komponen bekerja normal. Kegiatan ini meliputi:

  • Kalibrasi sensor (pH, TSS, dan debit) menggunakan larutan standar tersertifikasi.
  • Pembersihan sensor dan flow chamber dari endapan lumpur dan alga.
  • Pemeriksaan koneksi kabel dan logger untuk menghindari gangguan pengiriman data.
  • Uji komunikasi data ke server KLHK untuk memastikan sistem online.

2. Corrective Maintenance dilakukan jika sistem menunjukkan anomali, seperti:

  • Data tidak terkirim ke server dalam periode tertentu.
  • Nilai sensor tidak sesuai dengan hasil uji manual.
  • Adanya alarm fault atau error komunikasi.

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil pemeliharaan rutin menunjukkan bahwa kegiatan maintenance memiliki pengaruh langsung terhadap akurasi dan kontinuitas data SPARING. Sensor yang rutin dibersihkan mampu menampilkan data pH dan TSS yang konsisten dengan hasil laboratorium, sedangkan sistem yang jarang dirawat cenderung mengalami error pembacaan dan kehilangan data (data gap).

Selain itu, pengaturan jadwal maintenance yang tepat juga meningkatkan uptime sistem di atas 95%, sesuai standar KLHK. Kendala yang sering ditemui di lapangan adalah kondisi cuaca ekstrem, lokasi alat yang jauh, serta suplai listrik yang tidak stabil. Untuk itu, tim teknis perlu melengkapi sistem dengan backup power (PLTS atau UPS) dan melakukan pelatihan operator untuk memastikan penanganan awal dapat dilakukan dengan cepat saat terjadi gangguan.

Written by

  • Irfan Maulana Shidik
  • Yudianto Kusuma Putra

Baca juga Sparing KLHK: Mengoptimalkan Kualitas Air Limbah untuk Industri yang Berkelanjutan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top